pemekaran merden

12 02 2012

Dahulu Merden adalah wilayah kadipaten wirasaba (Purbalingga), namun Setelah Adipati Wirasaba VI Wargo Utomo I meninggal dunia Sultan Hadiwijaya mengangkat Jaka Kaiman putra mantu Wargo Utomo I untuk menjadi Adipati Wirasaba ke VII dengan gelar Wargo Utomo II.

Pada acara paseban agung Kabupaten Wirasaba Adipati Wargo Utomo II mengumumkan kebijakannya yang sangat terpuji, yaitu membagi wilayah kadipaten Wirasaba menjadi 4 wilayah kadipaten yang dibagikan pada saudara-saudara iparnya, yaitu :

  1. Daerah Wirasaba diserahkan kepada Ngabehi Wargi Wijaya putra No.3;
  2. Daerah Merden dengan wilayah ex Kawedanan Purworejo Klampok, diserahkan pada Wiro Kusumo putra No. 2 alian Ki Gede Senon;
  3. Daerah Banjar Petambakan diserahkan pada Wirayuda putra No. 4;
  4. Daerah Kejawar dikuasai oleh Joko Kaiman (Wargo Utomo II). Daerah ini merupakan cikal bakal Kabupaten Banyumas tahun 1585 dengan sebutan Adipati Mrapat.

Putra kedua Ngabehi wirokusumo yang terkenal dengan nama Ki Gede Senon tidak lama menetap di Merden, karena sudah merasa cocok di Senon (Kecamatan Kemangkon Purbalingga).





MASA AKHIR KADIPATEN WIRASABA

15 04 2023

Setelah Adipati Wirasaba VI Wargo Utomo I meninggal dunia Sultan Hadiwijaya mengangkat Jaka Kaiman putra mantu Wargo Utomo I untuk menjadi Adipati Wirasaba ke VII dengan gelar Wargo Utomo II. Menurut kisah pengangkatan joko kaiman terjadi karena para putra adipati Wirasaba tidak berani menghadap Sultan Hadiwijaya, sehingga Joko Kaiman yang berangkat menuju pajang untuk menghadap Pada Pisowanan Agung 1, dan biasanya bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur`an pada hariKamis Wage (Rabu sore) 22 Pebruari 1571, bertepatan dengan 27 Ramadhan 978 H, inilah momen yang kemudian di abadikan menjadi hari jadi Kadipaten Banyumas. Akan tetapi Joko Kaiman merasa gelisah, karena beliau adalah putra mantu, sedangkan istrinya masih mempunyai tiga saudara, sehingga pada pisowanan agung yang ke dua tepatnya pada tanggal 1 syawal 978 H, atau bertepatan tanggal 26 Februari 1571 Joko Kaiman mengusulkan kepada Sultan Hadiwijaya agar Kadipaten Wirasaba di bagi menjadi empat wilayah, yaitu :

  1. Daerah Wirasaba diserahkan kepada Ngabehi Wargi Wijaya putra No.3;
  2. Daerah Merden dengan wilayah ex Kawedanan Purworejo Klampok, diserahkan pada Wiro Kusumo putra No. 2 alian Ki Gede Senon;
  3. Daerah Banjar Petambakan diserahkan pada Wirayuda putra No. 4;
  4. Daerah Kejawar dikuasai oleh Joko Kaiman (Wargo Utomo II). Daerah ini merupakan cikal bakal Kabupaten Banyumas tahun 1585 dengan sebutan Adipati Mrapat.

Momen idul Fitri inilah yang kemudian di jadikan dasar sebagai hari jadi Banjarnegara. semestinya momentum ini juga menjadi hari jadi Kadipaten Merden.

Putra kedua Ngabehi wirokusumo yang terkenal dengan nama Ki Gede Senon tidak lama menetap di Merden, karena sudah merasa cocok di Senon (Kecamatan Kemangkon Purbalingga).





WEWALER HARI JUMAT

15 04 2023

Dihari siang bolong Ki Ageng Suta sedang duduk santai diatas risban model Banjaran. Tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan muridnya yang lari terengah-engah ketakutan. Setelah duduk agak tenang muridnya menceritakan hal ikhwal yang dialaminya, kalau dia sedang dikejar-kejar oleh Mbah Majir sak balanya.

Oleh Ki Suta muridnya itupun disuruh pergi bersembunyi dan Ki Ageng Suta yang akan menghadapinya.

Tak lama kemudian rombongan Mbah Majir dari lereng Gunug Igir Cempaka lewat depan pendopo padepokan. Ki Ageng Suta menyapanya, “Ada apa kang siang-siang begini kok rame-rame kaya mau nyerang?” kata Ki Ageng Suta dengan santai tapi menusuk dihati.

Mbah Majir menjawab “ Tidak ada apa-apa, hanya sedang mencari buruan yang kalau tidak salah tadi lewat sini” kata mbah Majir dengan basa-basi.

“Ya sudah sekarang mampir istirahat dulu, nini sedang masak nasi jagung nanti lauknya cari di kali”.

Ajakan Ki Ageng Suta diterima Mbah Majir dengan begitu saja tanpa ada yang menolak. Semua rombongan mampir di padepokan, sebagian ada yang tiduran, ada pula yang ikut rame-rame mencari ikan di Kali Sapi.

Waktu sudah siang saatnya untuk makan tapi yang mencari ikan belum juga pulang padahal nasi sudah masak. Ki Ageng Suta pun menyuruh para pencari ikan untuk pulang saja dan sesampainya dirumah mereka mengatakan “ Ora olih iwak olihe kesel thok!” (tidak dapat ikan, dapatnya cuma capek)”

Ki Ageng Suta tersenyum kecut “Oalah..Golet iwak bae ora teyeng jare? (cari ikan saja tidak bisa?) kok mau berburu, sini kuwunya “.

Alat yang biasa buat nangkap ikan itupun diminta lalu diletakkan  dibawah risban yang didudukinya. “Tunggu sebentar yang masih lelah istirahat dulu”.

Ki Ageng Suta belum selesai bicara Nyai Suta keluar dari dalam rumah sambil teriak menanyakan ikan yang akan digoreng “Endi iwake selek garep digoreng” (mana ikannya segera akan dimasak).

Ki Ageng Suta akhirnya menyuruh pengikut Mbah Majir yang duduk berdekatan untuk mengambil kuwu yang ada dibawah tempat duduknya.

Kuwu pun diangkat dan “Hah!! Ikan masih segar Ki Ageng apa ini benar ikan?” anak buah Mbah Majir semua ingin melihat “Benar! Ikan! Ini ikan beneran!”

Suasana pun jadi rame penuh keheranan termasuk Mbah Majir yang dari tadi diam sambil nglinting rokok. Ki Ageng Suta berdiri untuk menenagkan suasana.

‘Sudahlah sekarang ikan dicuci di belakang, suruh dimasak Nyai nanti kita makan bersama”.

Setelah selesai makan rombongan Mbah Majir pulang, sesampainya dirumah Mbah Majir weling pada pada para pengikutnya “ Ingat malam jumat iki dina kang mirangna aku kabeh! Mula welingku aja pisan-pisan gawe rame-rame nang malaem Jumat nanging pada nggo  merek maring sing gawe urip. (Ingat malam Jumat ini hari yang membuatku malu dan juga kita semua, maka pesanku jangan sekali-kali membuat acara rame-rame pada malam Jumat tapi untuk mendkatkan diri pada sang pencipta)”.

Pesan Mbah Majir ini akhirnya menjadi pantangan bagi masyarakat Kecamatan Purwanegara bagian selatan untuk tidak membuat acara pada malam dan hari Jumat kecuali acara pengajian.

Mengenang Alm Achmad Badrussalam





GEMEK (PUYUH) WATU GILIG

15 04 2023

Gemek merupakan burung piaraan yang paling populer di tlatah Banyumas. Hampir setiap rumah memiliki burung Gemek (puyuh) ini, karena jenis burung yang palingmudah dipelihara dan manfaatnya cukup banyak. Kalau yang betina bisa bertelor setiap hari dan yang jantan disamping untuk cekekeran dengan suaranya yang nyaring seperti ayam alas, juga sering dimanfaatkan untuk aduan. Yang  paling rame orang pelihara gemek saat itu untuk diadu, dari rakyat biasa sampai Bupati semua senang melihat atau mengadu gemek.

Saat itu gemek yang paling terkenal dan tak terkalahkan adalah Gemek Watu Gilig dari tlatah Kademangan Merden. Gemek Watu Gilig secara fisik memiliki bentuk yang sempurna atau memiliki katuranggan yang sangat baik seperti :

  1. Kulitnya putih dengan ekor agak  ngawet.
  2. Kepalanya besar dan bulunya lebat.
  3. Lehernya agak lemas dengan peregangan kerap (Kalung Tepung).
  4. Cucuknya agak bujel.
  5. Matanya bulat dan rata.
  6. Pupunya mukang gasir (seperti kaki jangkrik hutan) dengan garis yang garing.

Ciri-ciri Gemek Watugilig yang sering keluar :

  1. Ules (bentuk bulu) lurik semu klawu (blirik agak ungu) ciri seperti ini orang mengatakan Rayung.
  2. Kadang keluar dengan bulu wido hijau agak ungu, orang menyebutnya Jemethi.

Sayangnya Gemek Watu Gilig tidak setiap saat keluar dan setiap orang bisa mendapatkannya. Konon Gemek ini peliharaan R. Sutawijaya dari pemberian kakek gurunya Panembahan Heru Cokro dari Panca manis Nusakambangan. Burung ini sengaja dilepas bebas dialas Watu Gilig dari arah kademangan sebelah utara kurang lebih satu kilometer.

Watu Gilig saat itu merupakan padang ilalang ditengah-tengahnya mengalir sungai Karang Lo. Ditengah-tengah padang ilalang ada gundukan batu hitam yang rata kurang lebih 1,5 meter. Orang menyebutnya batu sembahyangan karena dulu di pakai R. Sutawijaya (Demang Merden) untuk melakukan ibadah sholat terutama kalau sedang menyendiri.

Jarang ada orang yang berani ke daerah situ karena takut kesambet, setannya galak-galak (jahat). Di batu sembahyangan ini Gemek Watu Gilig sering terlihat bertengger di atas batu. Kehebatan Gemek Watu Gilig sudah tidak asing lagi dan selalu menjadi incaran para penggemar burung Gemek kabar ini pun jadi perhatian khusus Bupati Banyumas saat itu. Sampai akhirnya mengutus orang untuk memesan Gemek Watu Gilig.

Setelah mengetahui maksud kedatangan utusan Bupati untuk memesan Gemek Watu Gilig, Ki Demang merasa berat hati karena Gemek Watu Gilig baru saja diberikan pada sahabatnya seorang Cina yang baru saja masuk Islam.

Keberatan hatinya pun disampaikan pada utusan Bupati tersebut. Tapi sang duta memaksa untuk dicarikan yang lainnya saja karena kalau gagal ia akan kena marah Bupati. Namun Ki Demang tetap tidak mau berbohong pada siapapun apalagi pada Bupati.

Utusan Bupati pun pulang dengan tangan hampa karena tidak bisa mendapatkan Gemek Watu Gilig. Untuk menutupi kekecewaan itu utusan mencari gemek pada penduduk yang kebetulan beternak gemek yang terbaik. Sesampainya di kabupaten, gemek ditaruh di kandang yang telah dipersiapkan.

Begitu dimasukan ke kandang dan langsung berbunyi cekeker-cekeker dan sebentar-sebentar bunyi. Bupati pun senang melihatnya karena sehat, lincah dan jinak.

Pada bulan berikutnya pertarungan gemek dimulai di alun-alun dengan peserta cukup banyak. Orang-orang banyak yang bertaruh kalau gemek sang Bupati akan menang karena baru didapatkan dari Kademangan Merden.

Setelah sampai akhir ternyata gemek yang tak terkalahkan adalah milih Babah Asan seorang Cina dari Cirebon, Bupati merasa wirang (malu) karena gemek andalannya terkalahkan. Babah Asan sebagai pemenang diberi kehormatan untuk mampir di kabupaten. Sambil duduk dan ngobrol santai bupati memancing Abah Asan untuk menceritakan soal gemek miliknya dan asal muasalnya.

Abah Asan pun cerita apa adanya. Mendengar cerita yang dibeberkan oleh Abah Asan, Bupati marah besar dan merasa tersinggung karena sudah dibohongi oleh Demang Merden.

Pada hari berikutnya Bupati mengadakan paseban dan mengundang Demang Merden. Tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan duduk persoalannya bupati langsung memarahinya dengan mencaci maki, Demang Merden hanya terdiam sambil menahan emosinya.

Dan akhirnya bupati menjatuhkan hukuman dengan pemberhentian dengan tidak hormat pada Citra Drana  dari jabatan Demang Merden. Citra Drana pulang dengan hati yang massgul bukan karena jabatannya diambil tapi tidak diberi kesempatan padanya untuk menjelaskan persoalan tersebut.

Dari beberapa sumber menjelaskan kenapa bupati begitu marah terhadap Demang Merden antara lain :

  • Keluarga Kademangan Merden banyak yang mendukung pada pangeran-pangeran yang melakukan perlawanan pada penjajah seperti Demang Jiwa Yuda, KH. Musa keponakan Jiwa Yuda dll.
  • Sering mengkritik kebijakan Bupati yang terlalu dekat dengan Belanda.

Jadi masalah Gemek bukan persoalan pokok yang menjadikan kademangan dibekukan tapi ada kepentingan politik dibalik persoalan Gemek.

Mengenang alm Achmad Badrussalam





MASA AWAL GEGER KADIPATEN MERDEN

21 09 2022

RADEN SUTAWIJAYA

Dari ayah, R. Sutawijaya adalah cucu dari KRAD Cokro Wedono Bupati Banyumas II yang menurunkan Raden Mas Cokro Atmojo dan kawin dengan RA Bojati.

Dari Ibu R. Sutawijaya cucu Paku Buwono yang menurunkan KGPA Mangkubumi dan menurunkan Raden Ajeng Bojati selanjutnya menurunkan Sutawijaya.

Raden Sutawijaya dapat istri anak Bupati Pasuruan yang dari kecil ikut kakeknya Panembahan Heru Cokro di Pancamanis Nusakambangan yang termasuk Guru Utama Raden Sutawijaya.

Setelah menikah Raden Sutawijaya diberi kekuasaan wilayah Kadipaten Merden yang lama kosong tidak ada pemerintahan kecuali setingkat kelurahan.

Raden Sutawijaya mulai membangun Merden dengan perencanaan yang cukup matang dari Tata Kota, ekonomi dan pemerintahan.

Dijantung Pemerintahan jalan dibuat 4 (empat) persimpangan, (Ke selatan menuju Gombong, Ke utara menuju Banjarnegara, ke Barat menuju Banyumas, Wirasaba, ke Timur menuju Kademangan Tampomas).

Di bidang industri Raden Sutawijaya mengundang ahli pande besi untuk membuka usaha di Merden. Pasar pun dibangun sebagai pusat perdagangan untuk wilayah kademangan Merden dan sekitarnya yang terkenal dengan Pasar Setu.

Dan juga mengundang para ahli Bathik dari Banyumas yang sengaja didatangkan oleh ayahandanya RM. Cokro Atmojo dari Banyumas, serta ahli pembuat alat dapur yang dibuat dari tanah liat (kundi) dan kerajinan dari bambu. Sisa-sisa kegiatan tersebut sampai sekarang masih ada.

Wilayah kademangan Merden adalah bekas kadipaten, saat itu sebelah barat Purworejo Klampok, sebelah utara dibatasi Sungai Serayu, sebelah selatan dibatasi Pegunungan Kendeng yang memisahkan Banjarnegara dan Kebumen, sebelah timur sampai Gunung Tampomas.

Ditengah-tengah wilayahnya terdapat sungai Sapi yang mengalir jernih, ikannya banyak dan sangat disukai para pejabat saat itu. Sungai Sapi dijadikan sebagai mata pencaharian serta kegiatan MCK dll.

Sebelah selatan sungai Sapi merupakan daerah pegunungan yang banyak menyimpan sumber daya alam antara lain : Batu Marmer, Feldspaar/Kreas pasir putih, Asbes, Lempung (bahan campuran semen) dll.

Sebelah utara Sungai Sapi dibagian tepi merupakan tanah kering, perumahan penduduk. Sebelah utaranya lagi sampai sungai serayu tanah persawahan dan pertanian lainnya.

Masyarakatnya hidup damai, semangat gotong-royong dan kebersamaannya sangat tinggi, dengan cara hidup yang sederhana, taat pada aturan pemerintah, agama dan tradisi-tradisi lainnya.

Pada saat kademangan mengalami kemajuan dalam pembangunan, pemerintahan, sektor ekonomi dan sosial budaya lainnya, orang-orang luar pun banyak yang datang untuk tinggal sementara karena urusan perdagangan atau sengaja menetap di Merden, sehingga kademangan Merden semakin hari semakin ramai.

Ditengah-tengah ketenangan dan kedamaian suasana alam pedesaan dibawah kepemimpinan Demang Sutawijaya tiba-tiba masyarakat dikejutkan oleh informasi bahwa Raden Sutawijaya harus pergi meninggalkan Kademangan Merden untuk magang patih di Keraton Surakarta. Dan sebagai penggantinya ditunjuk Ki Ageng Suta dengan catatan perjanjian kalau Raden Sutawijaya berhasil, kademangan diteruskan oleh Ki Ageng Suta, tapi kalau gagal dalam magang patih tersebut maka jabatan Kademangan dipegang kembali oleh Raden Sutawijaya.

Anak Sutawijaya

Anak Raden Sutawijaya adalah :

1. Dayun Sentradrana : di Banjar

2. Mentradana : Merden

3. Jiwa Yuda : Merden

4. Nyai Jiwa Menggala : Gumelem

5. Nyai Angga Menggala : Gumelem

6. Wira Seca : Batur

Anak yang pertama Dayun Senradrana dipondokan di Kudus Jawa Timur, anak yang ketiga R. Jiwayuda dibawa kakeknya Panembahan Heru Cokro ke Panca Manis di Nusakambangan untuk digembleng secara pribadi oleh sang panembahan. Adik-adiknya yang lain menemani ibunya tetap di Merden.





merden dalam ingatan

12 02 2012

Nama besar Merden sebagai Kota Kadipaten sekarang tinggal sejarah masa lalu yang sudah tidak banyak diketahui oleh generasi sekarang. Semua sudah musnah ditelan zaman. Tak sebuah pun peninggalan yang bisa dipertahankan dari kebesaran masa lalu, semua telah hancur oleh peperangan saudara yang tak kunjung padam, yang telah banyak membawa korban jiwa raga, harta benda. Semua berakhir tanpa ada yang kalah dan menang. Semua mengalami kehancuran peradaban sehingga kejayaan kejayaan masa lalu yang terjadi di Merden hanya sepotong-sepotong melalui serita babad yang disampaikan lewat kethoprak atau wayang golek, itupun sangat fariatif tidak urut dan utuh penyampaiannya.

Yang memprihatinkan adalah tidak terpeliharanya peninggalan berharga masa lalu sebagai dokumen penting sebagai data sejarah yang bisa dipelajari. Benda pusaka kademangan, buku babad, telah hilang tidak jelas keberadaanya. Yang  masih menjadi saksi sekarang  tinggal makam-makam tua para pelaku sejarah masa lalu yang juga sudah tidak begitu terawat.

Akankah merden benar benar musnah karena perang saudara?





Mengembalikan Senyum Bangsa

28 02 2009

BANGSA Indonesia kaya dengan beragam sumber daya alamnya. Ada sebuah kekayaan lain yang kita miliki, dan tak ternilai harganya, yaitu senyuman. Tak semua bangsa punya kekayaan ini. Singapura saja perlu mengadakan terapi khusus untuk rakyatnya agar mau tersenyum dan kelihatan ramah guna menyambut wisatawan yang datang di negeri singa itu.

Rakyat Indonesia tak perlu latihan kalau hanya tersenyum. Tak perlu juga negara mewajibkan rakyatnya pura-pura tersenyum agar kelihatan ramah. Bangsa yang besar ini punya rakyat yang tak hanya ramah tapi juga pandai tersenyum. Senyumnyapun bukan dibuat-buat, tapi senyum yang tulus dari dalam hati.

Dulu, kemanapun anda pergi ke pelosok negeri ini  mulai dari ujung Sumatera hingga pangkal Papua yang anda temukan adalah keramahan rakyatnya dengan senyum mengembang di setiap bibir rakyatnya. Kini, rasanya senyum sudah menjadi barang mahal di negeri ini. Banyak yang hilang dari bangsa ini, rakyat sudah kehilangan senyumnya, kehilangan keramah-tamahannya, kehilangan rasa optimis, berubah menjadi pesimis, skeptis, apatis, dan penuh rasa curiga.

Kenapa rakyat banyak berubah? Rakyat sudah terlampau sering dikecewakan pembuatan kebijakan di negeri ini. Banyak kebijakan yang dibuat tidak pro rakyat. Harapannya pada wakil rakyat yang duduk di kursi legislatif pun tak banyak membantu. Sebagian besar tak benar-benar berjuang untuk kepentingan yang diwakilinya. Rakyat sering menjadi korban dan dibiarkan sendirian serasa tak punya pemimpin yang mampu melindunginya dan mendengarkan keluhannya .Wajar kalau senyuman itu hilang dan berubah menjadi senyum kecut dan getir.

Rakyat pun diajari oleh pembuatan kebijakan untuk merendahkan martabatnya dengan mengantri bantuan yang nilainya tak seberapa. Rakyat tak malu-malu lagi mengaku tak mampu  agar mendapatkan bantuan dan menjadi peminta-minta yang sebenarnya bukan sifat bangsa ini yang pekerja keras.

Seratus tahun sudah bangsa Indonesia memperingati kebangkitan nasional. Dan lebih dari seratus masalah melilit bangsa ini. Namun demikian jangan pernah menyerah terhadap keadaan. Sudah saatnya kita bersama-sama berbuat untuk tidak membiarkan martabat bangsa ini jatuh sampai titik nadir. Alangkah lebih baik bila para pemimpin, politisi, cendikiawan, dan agamawan berlomba-lomba menebar kebaikan dengan melakukan hal-hal yang positif dan menularkan semangat kebangsaan dan sikap optimis ke semua orang dalam setiap kesempatan. Jangan sampai kekayaan terbesar yang dimiliki bangsa ini hilang, yaitu senyum tulus dari bibir-bibir rakyat Indonesia.





Yang Muda Yang Berbuat

28 02 2009

MASALAH bangsa terus mendera seolah tak habis-habis. Namun kita tak boleh putus asa. Kita harus tetap berusaha dan berkarya agar bangsa ini lepas dari kesulitan. Salah satu solusinya: mendorong anak muda untuk berwirausaha. Merekalah yang akan menjadi generasi mandiri dan berkemampuan menciptakan lapangan pekerjaan.

Sebenarnya bangsa ini banyak mempunyai pemuda yang bertalenta tinggi. Mereka masih muda, pintar, produktif dan siap bersaing tak hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Bangsa yang memiliki sumber daya potensial ini tak seharusnya terpuruk. Bersama generasi muda inilah bangsa akan berubah ke arah yang lebih baik.

Majalah Business Week tahun ini membuat daftar 25 Pengusaha Belia Asia Terbaik. Alhamdulillah, ada dua anak muda Indonesia yang masuk dalam daftar pengusaha belia Asia. Kedua anak itu adalah Raden Ari Sudrajat dan Herryanto Siatono. Keduanya masih berusia 30 tahun, namun prestasinya layak diperhitungkan. Kedua anak muda ini besar bukan karena fasilitas tapi karena kreativitas  dan adanya jiwa wirausaha yang tinggi.

Raden Ari Sudrajat adalah seorang CEO Braincode Solution, sebuah perusahaan content provider yang ia dirikan bersama dua orang temannya. Bermodal hutangan 41 juta pada tahun 2005 ia memulai bisnis ini di sebuah rumah kontrakan di Pondok Gede. Kini Braincode memiliki 80.000 pelanggan aktif dari total 200.000 pelanggan yang menggunakan jasanya. Prestasi Braincode tak sedikit, salah satunya mobile comic-nya meraih penghargaan sebagai konten terbaik dari PT Telkomsel. Berikutnya game teka-teki silang yang ia ciptakan juga mendapatkan anugerah terbaik. Kini, Braincode  mampu menyewa kantor sendiri di gedung di Kawasan Kuningan dengan mempekerjakan 22 orang karyawan. Tahun ini juga, Braincode akan membuka kantor cabang di Qatar dan Singapura. Proyeksinya tahun 2009 Braincode sudah bisa go public untuk mengembangkan usahanya.

Sedangkan prestasi Herryanto Siatono juga tak main-main. Anak muda kelahiran Tanjung Balai, Medan ini mendirikan Pluit Solution di Singapura. Pluit Solutions membuat situs http://www.bookjetty.com yang melayani pecinta buku di seluruh dunia dan memungkinkan orang untuk mencari buku serta membuat katalog pribadi. Situs yang ia buat ini terhubung dengan 300 perpustakaan di sepuluh negara yaitu; Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Irlandia, dan Afrika Selatan. Kejagoan anak muda ini juga terbukti juara kedua di ajang perlombaan Xtrema Apps yang diadakan Information Technology Standards Committee, Singapura. Kini Pluit Solutions tak hanya mengembangkan bookjetty saja, juga melayani pembuatan web untuk perusaaan menengah di Amerika dan Singapura.

Melihat potensi anak muda yang sedemikian besar, seluruh komponen bangsa ini mulai pemimpin, pejabat, politisi, dan pihak swasta bersatu padu untuk mendorong dan memfasilitasi anak-anak muda untuk berkarya, berwirausaha, agar lapangan tenaga kerja tercipta dan martabat bangsa terangkat. Ayo, berusaha dan berkarya!





Saatnya Berbuat

28 02 2009

Berbuat Untuk Negeri Rasanya bangsa ini sudah bangkit seratus tahun Lebih beberapa hari. Rasanya bangsa ini sudah reformasi sepuluh tahun Lebih beberapa hari. Tapi rasa-rasanya nasib bangsa ini Masih saja berhenti. Jangan membiarkan reformasi mati suri Jangan mengganggap demokrasi tiada arti Memang tiada perubahan berarti di negeri ini Sampai-sampai rakyat kembali mengelu-elukan yang sudah mati Padahal yang sudah mati pasti sedang kerepotan berjuang membela diri Menghadapi penghakiman ilahi Atas apa yang telah diperbuat di negeri ini Siapapun yang hadir disini Perlu merenungi, perlu menanyakan pada hati Sudahkah mempunyai kontribusi Sudahkah mempunyai solusi untuk negeri Hidup adalah perbuatan Perbuatan untuk kemaslahatan Semestinya kita berkaca Pada para pendiri bangsa yang bersahaja Yang tidak saling curiga Mampu duduk bersama untuk kepentingan negara Semestinya kita merenung Pada pahlawan yang jiwanya telah membubung Yang tidak saling bertarung Mampu meyakinkan diri untuk bergabung membentuk Indonesia yang agung Semestinya kita memaknai Pada kebangkitan Budi Utomo yang menyemangati Yang tidak saling bertikai Mampu bangkit menegakkan diri dan mandiri Semestinya kita menghidupkan Semangat Sumpah Pemuda yang menggerakkan Yang tidak saling melemahkan Mampu menyatukan jiwa muda yang berkehendak untuk bertindak Semestinya kita mencontoh Soekarno Hatta yang memerdekakan dan menjadi tokoh Yang tidak saling cemooh Mampu membangun Indonesia sebagai bangsa yang kokoh Semestinya kita meneladani Perilaku Mohammad Natsir yang juga politisi Yang tidak mementingkan diri sendiri Mampu berperilaku santun dan penuh puji Semestinya kita menjalankan semangat pendiri negeri Yang tidak untuk pribadi Mampu berkorban sepenuh hati Mereka adalah orang-orang yang terpuji Memperjuang kemerdekaan dan kemakmuran negeri Menghapus di kamus kata-kata kolusi Dan membuang jauh kata-kata korupsi Jangan biarkan niat dan tekad pendiri bangsa sirna begitu saja dan tanpa makna Durhaka rasanya bila mengabaikan cita-cita mulianya Mereka telah berkorban dengan darah dan air mata Selalu menyanjungkan kata mulia berupa doa Untuk kita, anak cucunya Mereka tak ingin kita sengsara Mereka berjuang sampai terluka Sampai terbunuh di medan laga Demi kemerdekaan negara Indonesia Kita balas budi baik mereka dengan berbuat Berbuat yang tak hanya niat Berbuat yang sungguh-sungguh dan bukan sesaat Membuat rakyat jadi bersemangat Bercita-cita dan menjadi manusia hebat Tuhan telah menciptakan bangsa ini dengan suka cita Lihat saja! Rakyatnya ramah, perilakunya mulia Alamnya sempurna Kekayaannya? LUARR BIASA Namun kenapa masih banyak derita Atau karena penguasa yang salah kelola? Atau malah tak mau sungguh-sungguh berusaha Yang pasti,…… karena PAN belum berkuasa Hidup adalah perbuatan Perbuatan untuk kebajikan Saatnya menghiasi hidup dengan perbuatan Berbuat untuk keutamaan Berbuat dengan keyakinan Berbuat yang menghasilkan Solusi buat rakyat yang ramah Solusi buat negeri yang indah Solusi buat alam yang berlimpah Solusi buat generasi yang lebih cerah Mengubah rakyat yang tersenyum kecut jadi bungah Mengubah negeri yang sekarat jadi megah Mengubah negeri yang melarat menjadi gemah ripah Menghasilkan generasi mendatang yang tidak susah Memang kita perlu Menyebarkan hal-hal bermutu Cara berpikir dan paradigma baru Atau bahkan pemimpin baru yang tidak kepala batu Pemimpin yang membuat keputusan penuh kebajikan Politisi yang tak melupakan amanat yang diemban Agamawan yang mengajarkan keteladanan Cendekiawan yang menghasilkan kegunaan Akademisi yang mewariskan keilmuan Budayawan yang mencontohkan kesantunan Usahawan yang juga dermawan Pemuda yang punya prestasi menawan Dan rakyat yang bukan pangantri BLT dan tak hanya berpangku tangan Hidup adalah perbuatan Perbuatan untuk kemakmuran Saatnya menyunting hati rakyat Memikat pemberi amanat dengan program hebat Yang memakmurkan dan menyejahterakan rakyat Menjadikan wisata dan budaya tak sia-sia Memberdayakannya sebagai sumber devisa Yang mampu mengangkat martabat bangsa Bukan membiarkannya begitu saja Baru teriak kalau dicuri tetangga Ada bom dan tiada sama saja, tidak beda Hanya mampu mendatangkan lima juta Padahal bangsa Indonesia lebih kaya budaya Daripada negeri tetangga Yang mampu mendatangkan wisatawan empat kali lipat daripada kita Aneh bila negeri penghasil minyak Rakyatnya tak bisa tidur nyenyak Mahasiswanya terus mendobrak Hanya gara-gara naiknya harga minyak Semestinya kita bisa mendapatkan berkah Mampu menjadikan bangsa ini mewah seperti bangsa-bangsa di Timur Tengah Bukannya tambah gundah dan makin susah Kebijakan energi mesti diubah tata kelola Tetap harus menjadikan rakyat yang utama Bukan menguntungkan segelintir orang saja Apalagi,….. hanya menguntungkan penguasa Kita semua dituntut lebih kreatif Menemukan energi alternatif Sebuah kontribusi untuk rakyat yang efektif Dan juga solutif Dengan tanah yang subur Rakyatnya sudah seharusnya hidup makmur Tak cukup hanya makan bubur Apalagi bermasa depan kabur Ketahanan pangan diperjuangkan Pertanian menjadi sektor unggulan Diutamakan karena untuk kemakmuran Yang bisa menyelamatkan Saatnya mengembangkan jiwa wirausaha Mendorong bangsa jadi bangsa pengusaha Agar mampu membuka lapangan kerja Menjadi mandiri dan berjiwa merdeka bukan peminta-minta Hilangkan sikap ragu, menyerah dan pesimis Kembangkan sikap optimis Agar rakyat mampu tersenyum manis Dan tidak terus meringis karena semuanya habis Hidup adalah perbuatan Perbuatan untuk kemuliaan Saatnya semua berbuat untuk anak cucu kita Perbuatan mulia sebisa kita Siapa saja, dan saat ini juga Untuk hidup yang lebih utama Agar generasi mendatang tak mengecap kita sebagai pengkhianat bangsa Karena tak mampu memperjuangkan dan mewujudkan mimpi mereka yang sederhana Menjadi bangsa yang mandiri, bermartabat dan disegani dunia Dulu, Rasulullah pun telah beramanat pada kita untuk tidak jadi pengkhianat¼br /> Untuk tidak memperdagangkan suara rakyat Pengkhianat paling besar adalah Penguasa yang memperdagangkan rakyatnya Itu kata Muhammad Seperti Ath Thabrani telah meriwayat Jangan memperdagangkan suara rakyat! Jangan jadi pengkhianat amanat! Menjadi manusia Indonesia baru itu lebih bermartabat! Dengan membela nasib rakyat Salam kebangkitan bangsaku Salam Indonesia baru HIDUP ADALAH PERBUATAN





Saatnya Berbuat untuk Banjarnegara

23 01 2009

Permasalahan Banjarnegara belum juga tuntas,

Pendidikan yang tertinggal, sekolahan rusak, jalan yang rusak dan akses jalan yang belum terbuka, permasalahan kesehatan masyarakat yang tak kunjung selesai di tambah informasi yang tak sampai pada masyarakat semakin membuat Banjarnegara terpuruk dan jatuh miskin. Anak anak wajib sekolah tapi pengangguran semakin banyak. Petani tak lagi punya sawah atau ladang. Sebagai Kabupaten termiskin ke dua di Jawa Tengah tentu perlu banyak berbenah untuk mengejar ketertinggalan. Saran Kritik dan pemikiran seluruh lapisan masyarakat Banjarnegara sangat di perlukan. Dan sekarang adalah saat yang tepat “Berbuat untuk Banjarnegara Tercinta”